Lokal  

Jejak Keberadaan Yesus Terungkap, Arkeolog Beberkan Faktanya

Jejak Keberadaan Yesus Terungkap, Arkeolog Beberkan Faktanya

Jakarta – Berbagai peneliti memiliki sudut pandang yang tersebut berbeda perihal sejarah keberadaan sosok Yesus Kristus. Dalam survei 2015 sesudah itu oleh Gereja Inggris, 22 persen pendatang dewasa Inggris tidaklah percaya Yesus merupakan sosok yang nyata sesuai fakta.

Ahli arkeolog juga mencoba menjawab perbedaan itu. Profesor ilmu perpustakaan di Universitas Purdue juga penulis artikel Biblical Archaeology Review, Lawrence Mykytiuk punya pendapat yang digunakan tegas yaitu bukan ada bukti fisik atau arkeologis persoalan keberadaan Yesus.

“Tidak ada yang mana konklusif, saya juga bukan berharap akan ada,” kata ia dikutipkan dari The History.

Sementara itu Bart D. Ehrman, seseorang profesor studi agama di Universitas North Carolina memaparkan hal yang dimaksud hampir sama. Tidak ada catatan arkeologi dari saksi yang tersebut pada periode yang mirip dengan Yesus.

Namun absennya bukti arkeologi tiada sanggup diartikan sosoknya tiada ada. Kemungkinan, pada era yang disebutkan memang benar keberadaan Yesus Kristus tidaklah meninggalkan catatan arkeologi.

“Kurangnya bukti bukanlah berarti seseorang pada ketika itu tiada ada. Artinya, dia, seperti 99,99 persen penduduk bumi lain pada waktu itu, tak memberikan peninggalan apapun pada catatan arkeologi,” jelas Ehrman.

Catatan persoalan Yesus yang paling jelas terungkap di 20 jilid buku sejarah bangsa Yahudi yang ditulis Flavius Josephus, seseorang sejarawan Yahudi. Buku itu ditulis pada tahun 93 Masehi.

Josephus diperkirakan lahir setelahnya penyaliban Yesus sekitar tahun 37M. Dia merupakan bangsawan juga pemimpin militer, dan juga mempunyai koneksi di dalam Palestina.

Dia juga komandan di Galilea ketika Pemberontakan Yahudi pertama berperang melawan Roma tahun 66-70 M. Namun Josephus disebut bukanlah pengikut Yesus.

“Dia ada ketika gereja awal mulai berdiri, jadi mengenal khalayak yang dimaksud meninjau dan juga mendengar tentang Yesus,” ucap Mykytiuk.

Pertanyaan-pertanyaan tentang keaslian terus menyelimuti peninggalan segera yang terkait dengan Yesus, seperti mahkota duri yang digunakan konon dikenakan pada waktu penyaliban, (salah satu contohnya disimpan di dalam di Katedral Notre Dame di Paris), juga Kain Kafan Turin, kain kafan yang tersebut konon dihias dengan gambar wajah Yesus.

Arkeolog Temukan Bukti Kisah Alkitab

Namun, para arkeolog sudah pernah mampu menemukan beberapa bukti yang digunakan menguatkan kebenaran cerita yang tersebut dikisahkan di Alkitab.

Meskipun beberapa pemukim memperdebatkan keberadaan Nazaret kuno, kota masa kecil Yesus di Alkitab, para arkeolog telah terjadi menemukan sebuah rumah dengan halaman yang tersebut dipahat dari batu, beserta makam kemudian kolam.

Mereka juga menemukan bukti fisik penyaliban Romawi seperti yang digambarkan di Perjanjian Baru.

Menurut artikel yang tersebut yang dimaksud dikutipkan CNNIndonesia, catatan paling terperinci tentang hidup serta kematian Yesus berasal dari empat Injil juga tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya.

“Semua buku-buku ini ditulis oleh pemukim Kristen juga jelas-jelas miliki bias pada apa yang digunakan merekan laporkan, juga harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang mana mampu diandalkan secara historis,” kata Ehrman.

“Namun klaim utama dia tentang Yesus sebagai tokoh sejarah – individu Yahudi, dengan pengikut, yang tersebut dieksekusi melawan perintah gubernur Romawi pada Yudea, Pontius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius – didukung oleh sumber-sumber yang mana muncul belakangan dengan bias yang tersebut sebanding sekali berbeda.”

Catatan lain tentang Yesus muncul pada Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator juga sejarawan Romawi, Tacitus.

Dalam catatan tertulis tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan “orang-orang yang dimaksud biasa disebut pendatang Kristen, yang digunakan dibenci lantaran kebesaran mereka.”

“Christus, nama pendiri tersebut, dihukum berakhir oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius.”

Ehrman mengatakan, sebagai individu sejarawan Romawi, Tacitus bukan mempunyai bias Kristen pada diskusinya mengenai penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Nero.

Menurut Myktiuk, ketika Tacitus menulis sejarah, apabila beliau menganggap informasi itu tak sepenuhnya dapat diandalkan, ia biasanya menulis beberapa indikasi tentang hal itu untuk para pembacanya. Namun ia menjamin nilai historis dari bagian tersebut.

“Tidak ada indikasi kemungkinan kesalahan seperti itu pada bagian yang digunakan menyebutkan Christus,” ujarnya.

Tak lama sebelum Tacitus menulis data catatan tentang Yesus, gubernur Romawi Pliny the Younger menulis untuk Kaisar Trajan bahwa orang-orang Kristen mula-mula “menyanyikan lagu-lagu pujian untuk Kristus seperti terhadap dewa.”

Beberapa ahli juga percaya bahwa sejarawan Romawi, Suetonius, merujuk untuk Yesus dengan mencatatkan data bahwa Kaisar Claudius sudah mengusir orang-orang Yahudi dari Roma yang mana “terus menerus menimbulkan kekacauan melawan hasutan Chrestus.”

Ehrman menyatakan bahwa kumpulan cuplikan dari sumber-sumber non-Kristen ini kemungkinan besar tidak ada memberikan banyak informasi tentang hidup Yesus.

Sementara kedatangan agama Kristen dalam Arab telah lama diketahui melalui sumber-sumber literatur yang ditulis oleh pemukim luar, seperti ahli Alkitab juga penerjemah terkenal St. Jerome, penemuan-penemuan baru-baru ini menunjukkan bukti-bukti kekristenan dari Arab pra-Islam itu sendiri.

Petak-petak gurun yang luas ke sebelah timur Sungai Yordan mengungkapkan ribuan prasasti kuno, beberapa dalam antaranya bergambar salib kemudian menggunakan istilah-istilah Kristen.

Ahmad Al-Jallad, profesor bahasa Arab pada Ohio State University, pada tulisannya di Biblical Archaeology Review menyajikan hasil yang mendebarkan dari misi epigrafisnya pada tahun 2019 dalam Wadi al-Khudari dalam Yordania timur laut.

Mengutip Biblical Archaeology, penelitian yang dimaksud dilakukannya menciptakan beratus-ratus prasasti kuno, yang dimaksud dicatat oleh para pengembara yang tersebut menjelajahi wilayah ini hampir dua ribu tahun lalu.

Jejak Kristen pada Arab

Lokasi penemuan lalu penyebaran prasasti-prasasti ini menunjukkan rute lalu tempat kejadian sementara yang tersebut digunakan suku-suku Arab sewaktu berburu hewan liar serta menggembalakan ternak kemudian unta mereka.

Setiap prasasti yang disebutkan merupakan sumber informasi sejarah dan juga budaya yang tersebut berharga, tetapi salah satu dalam antaranya benar-benar luar biasa, lantaran mendokumentasikan penetrasi awal agama Kristen ke Arab.

Kemungkinan berasal dari abad keempat, prasasti ini mengatakan nama Yesus-dengan nama yang mana sebanding dengan nama Isa yang ada pada pada Al-Quran.

Al-Jallad menceritakan kisah penemuan ini juga memberikan analisis mendalam mengenai prasasti unik tersebut. Pertama-tama ia memperkenalkan Harra, gurun basal hitam dalam timur laut Yordania tempat prasasti itu ditemukan.

“Suku-suku yang tinggal dalam lingkungan marginal ini meninggalkan peninggalan arkeologi yang dimaksud luas, mulai dari zaman Neolitikum hingga zaman modern. Ini adalah di antaranya instalasi pemakaman, lumbung hewan, juga tempat perkemahan. Namun, kemungkinan besar saksi yang tersebut paling luar biasa dari masa berikutnya wilayah ini adalah catatan epigrafinya, di antaranya prasasti serta seni cadas,” ungkap Al-Jallad.

“Tulisan mulai dikenal oleh para pengembara di dalam Arab Utara sejak awal milenium pertama sebelum Masehi. Pada pergantian Era Umum, para pengembara di dalam Harra sudah pernah menguasai tulisan. Mereka mengukir puluhan ribu prasasti batu di bahasa lokal mereka, sebuah dialek awal bahasa Arab, menggunakan abjad konsonan asli, yang tersebut oleh para ahli modern disebut sebagai Safaitik,” lanjutnya.

Boleh jadi merupakan saksi paling awal dari kekristenan pada Arab, prasasti Yesus dari Wadi al-Khudari merupakan prasasti peringatan, yang berarti bahwa prasasti ini memperingati pemukim yang digunakan sudah pernah meninggal.

Prasasti ini terdiri dari tiga bagian: Pertama, prasasti ini memberikan nama juga silsilah si pembuat prasasti (Wahb-El).

Kemudian, menambahkan peringatan keras tentang pamannya yang tersebut sudah meninggal, kemudian akhirnya diakhiri dengan sebuah doa religius yang digunakan unik – Isa, yang tersebut sesuai dengan nama yang dimaksud diberikan terhadap Yesus pada Al-Quran: “Wahai Isa, tolonglah beliau terhadap orang-orang yang digunakan mendustakanmu.”

Tidak diragukan lagi, kata dia, penulisnya, atau paling tak pamannya, adalah seseorang Kristen.

Artikel ini disadur dari Jejak Keberadaan Yesus Terungkap, Arkeolog Beberkan Faktanya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *